Rabu, 13 Januari 2016

Benarkah Pembalut Pabrik Memicu Kanker Serviks?

Ilustrasi kanker serviks
Kanker serviks penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Pembalut buatan pabrik dan temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tentang pembalut yang memicu kanker serviks terus menjadi kontroversi. Persoalannya tarik ulur antara kepentingan raksasa industri dan kesehatan tidak pernah ada habisnya. Kapitalisme akan mengorbankan kemaslahatan orang banyak.

Menurut para ahli dan peneliti di bidang kesehatan menyatakan bahwa 99,7% penyebab kanker serviks atau kanker leher rahim adalah virus Human papillomaviruses (HPVs). Dari sini, beberapa pihak membantah jika pembalut pabrik menjadi penyebab kanker tersebut.Tidak ada hubungannya katanya. (Lihat situs Laurier di http://m.menstruasi.com/node/272)

Padahal menurut ahli, HPV tipe 16 dan 18 justru menjadi penyebab kematian tertinggi bagi wanita.  Virus ini sangat mudah berpindah dan menyebar, tidak hanya melalui cairan, tapi juga bisa berpindah melalui sentuhan kulit. Selain itu, penggunaan wc umum yang sudah terkena virus HPV, dapat menjangkit seseorang yang menggunakannya jika tidak membersihkannya dengan baik.

Apabila penggunaan wc umum saja dapat memicu kanker serviks lalu bagaimana dengan zat klorin yang langsung bersetuhan dengan bagian kewanitaan? Kita juga harus memperhatikan peringatan dari Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) yang menyebut klorin dapat memicu kanker.

Pembalut pabrik atau pembalut kain kedua-duanya dapat memicu kanker serviks apabila kebersihannya tidak dijaga. Namun pengguna pembalut pabrik yang mengandung klorin memiliki resiko lebih besar terkena penyakit berbahaya tersebut.

Berdasarkan keterangan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), kematian ibu akibat kanker serviks menunjukkan angka terbanyak dari penyebab kematian akibat kanker.

Di Indonesia setiap hari muncul 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal. Hal ini menunjukkan setiap satu jam diperkirakan satu orang wanita Indonesia meninggal dunia akibat kanker serviks. Artinya Indonesia akan kehilangan 600-750 orang wanita yang masih produktif setiap bulannya.

Dari data tersebut tentu kita patut curiga, jangan-jangan zat klorin menjadi pemicu utama kematian itu? 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Template by BloggerCandy.com | Header Image by Freepik